Parenting Ala Mama Mega Bentuk Ritsuki Jadi Mandiri
JAKARTA - Setiap anak pada dasarnya memiliki potensi untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Namun, kemandirian tidak muncul begitu saja, melainkan perlu dilatih melalui kebiasaan dan pola asuh orang tua.
Hal inilah yang tampak jelas dari gaya parenting Mama Mega terhadap putranya, Ritsuki. Balita berdarah Indo-Jepang ini mendadak viral di media sosial karena keluwesannya dalam melakukan banyak hal sendiri. Tingkahnya yang polos sekaligus cekatan membuat banyak netizen kagum sekaligus heran.
Meski usianya belum genap lima tahun, Ritsuki mampu melakukan berbagai aktivitas sehari-hari yang biasanya baru bisa dilakukan anak yang lebih besar.
Baca JugaHari Kesetaraan Upah Internasional Dorong Keadilan Kerja Global
Dari memasak sederhana, membereskan rumah, hingga menggunakan sumpit untuk makan sendiri, semua itu dijalani dengan semangat mencoba. Tidak heran, unggahan Mama Mega melalui Instagram, YouTube, maupun TikTok selalu dipenuhi komentar netizen yang gemas dan terinspirasi.
Belajar Dari Hal Kecil Sehari-Hari
Ritsuki kerap terlihat membantu sang ibu di dapur. Mulai dari mengupas buah, memotong sayuran dengan gunting mini, mengaduk adonan, hingga menyiapkan bahan-bahan memasak.
Semua dilakukan dengan pengawasan ketat Mama Mega. Menariknya, ketika Ritsuki makan sendiri dengan sumpit dan hasilnya masih berantakan, Mama Mega tidak langsung membantu. Ia justru membiarkan sang anak berlatih hingga terbiasa.
Kebiasaan ini menunjukkan bagaimana Mama Mega menekankan pentingnya memberi ruang bagi anak untuk mencoba. Setiap kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Bagi Ritsuki, kesempatan ini membentuk keberanian dan rasa percaya diri sejak usia dini.
Tidak hanya di dapur, Ritsuki juga sering terekam membantu pekerjaan rumah lain. Mulai dari mengelap meja, membuang sampah, mencuci sendok, hingga menata mainan. Hal-hal sederhana seperti ini menanamkan rasa tanggung jawab pada anak bahwa rumah adalah ruang bersama yang perlu dijaga kerapihannya.
Mengasah Kemandirian Sejak Usia Dini
Sekilas, cara Mama Mega mungkin terlihat keras karena membiarkan anak kecil mengerjakan banyak hal sendiri. Namun, justru inilah poin penting dalam melatih kemandirian. Menurut teori psikologi, kemandirian anak terbagi menjadi beberapa aspek, yaitu emosional, perilaku, dan nilai.
Contohnya, anak yang mandiri secara emosional tidak mudah menangis saat ditinggalkan, sedangkan kemandirian perilaku ditunjukkan lewat kemampuan mengambil keputusan.
Sementara itu, kemandirian nilai berarti anak mampu memahami perbedaan antara benar dan salah. Ritsuki bahkan sudah menunjukkan hal ini ketika berani membela kakaknya, Natsuki, dari teman yang mengganggu.
Dengan latihan konsisten, anak belajar mengenal dirinya sekaligus mengembangkan rasa tanggung jawab. Mama Mega hanya berperan sebagai pendamping, bukan pengendali penuh. Ia membiarkan anak mencari jalan sendiri, namun tetap mengawasi agar aman.
Hal yang Perlu Dihindari dan Dilatih
Dalam menumbuhkan kemandirian, ada beberapa hal penting yang sebaiknya dihindari. Pertama, jangan terlalu sering memberi perlakuan istimewa. Anak yang selalu dituruti keinginannya cenderung kurang berusaha. Kedua, hindari kritik berlebihan terhadap penampilan anak. Kritik tajam justru membuat anak kehilangan rasa percaya diri.
Sebaliknya, orang tua sebaiknya memberi tantangan baru yang sesuai usia. Jika anak berhasil menyelesaikannya, hargai setiap usaha dengan apresiasi tulus. Jika gagal, berikan umpan balik yang membangun. Dengan begitu, anak belajar melihat kegagalan sebagai bagian dari proses.
Penerapan kebiasaan ini bisa dilakukan sejak bayi. Menurut panduan Kemendikbud, anak usia 0–1 tahun diberi kesempatan bergerak bebas dengan pengawasan. Usia 1–3 tahun dilatih merawat diri sendiri seperti mandi atau mencuci tangan.
Usia 3–6 tahun mulai menentukan pilihan sederhana, sementara usia 6–12 tahun didorong untuk berpendapat dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Pendekatan Montessori di Rumah
Selain teori perkembangan anak, Mama Mega secara alami menerapkan prinsip Montessori. Ia menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak belajar langsung dari benda nyata. Misalnya, menyediakan sapu kecil, sendok mini, atau gunting mini agar anak bisa berlatih tanpa kesulitan.
Pendekatan ini menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran. Orang tua berperan sebagai pembimbing, bukan pengarah mutlak. Anak didorong untuk bereksperimen, sementara orang tua memberi arahan bila diperlukan. Hasilnya, anak lebih percaya diri, berani mencoba, dan tidak takut salah.
Rutinitas Konsisten Membentuk Karakter
Kunci lain dari keberhasilan parenting Mama Mega adalah konsistensi dalam rutinitas harian. Rutinitas pagi, siang, hingga malam diatur agar anak terbiasa dengan disiplin. Misalnya, bangun tepat waktu, mandi dan sarapan sehat, belajar sepulang sekolah, serta menyiapkan perlengkapan sekolah sebelum tidur.
Dengan pola ini, anak belajar bahwa setiap aktivitas memiliki waktunya. Rutinitas juga memberi rasa aman sekaligus melatih tanggung jawab sejak dini.
Generasi Mandiri, Bekal Masa Depan
Dari contoh Ritsuki, terlihat jelas bahwa kemandirian tidak datang dengan sendirinya. Peran orang tua yang konsisten, penuh kesabaran, dan memberi ruang bagi anak sangat penting.
Jika banyak keluarga menerapkan pola asuh serupa, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi percaya diri, berani menyampaikan pendapat, dan lebih siap menghadapi tantangan masa depan.
Kemandirian yang dilatih sejak dini bukan hanya membantu anak di rumah, tetapi juga menjadi bekal berharga ketika mereka memasuki usia remaja dan dewasa. Anak terbiasa membuat keputusan, bertanggung jawab, serta menghargai proses belajar dalam hidup.
Rekomendasi
