
JAKARTA - Pada hari Senin, 6 Oktober 2025, nilai tukar rupiah kembali menunjukkan penguatan yang cukup positif terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Meskipun bergerak fluktuatif sepanjang hari, rupiah berhasil ditutup di rentang Rp16.520 hingga Rp16.560 per dolar AS.
Berdasarkan data, rupiah mengakhiri perdagangan Jumat, 3 Oktober 2025, dengan penguatan sebesar 0,21% atau 35 poin pada posisi Rp16.563 per dolar AS.
Baca Juga
Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari tren positif yang juga terjadi di sejumlah mata uang Asia lainnya. Dolar Hong Kong menguat tipis sebesar 0,02%, dolar Singapura naik 0,02%, dolar Taiwan bertambah 0,12%, peso Filipina menunjukkan penguatan signifikan sebesar 0,4%, yuan China naik 0,01%, dan baht Thailand meningkat 0,21%.
Namun, ada juga beberapa mata uang yang mengalami tekanan melemah, seperti yen Jepang turun 0,07%, won Korea Selatan melemah 0,02%, rupee India turun 0,06%, dan ringgit Malaysia turun 0,1%.
Faktor Global yang Mendorong Rupiah Menguat
Menurut pengamat forex Ibrahim Assuaibi dari Indeks Dolar AS, pergerakan rupiah yang menguat pada akhir pekan lalu dan awal pekan ini dipengaruhi oleh sejumlah sentimen global.
Pasar mulai mengabaikan kekhawatiran terkait penutupan pemerintah AS (government shutdown) yang selama ini dianggap memiliki dampak negatif pada pasar keuangan.
Berdasarkan pengalaman di masa lalu, penutupan pemerintah AS ternyata berdampak terbatas dan tidak menyebabkan guncangan besar di pasar.
Fokus investor kini lebih tertuju pada data ketenagakerjaan swasta yang akan dirilis dalam pekan ini. Terutama data penggajian non-pertanian pemerintah yang biasanya menjadi acuan penting, namun untuk periode September 2025 rilisnya tertunda akibat shutdown pemerintah AS.
Sementara itu, data ketenagakerjaan swasta yang sudah dirilis menunjukkan performa yang kurang menggembirakan, sehingga investor mulai menaruh harapan besar pada pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan Oktober 2025.
Pada September lalu, The Fed sudah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, dan saat ini pasar memperkirakan peluang sebesar 99,3% bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan serupa lagi pada akhir Oktober, menurut data dari CME FedWatch.
Kondisi Domestik Mendukung Stabilitas Rupiah
Dukungan terhadap penguatan rupiah juga datang dari kondisi ekonomi domestik yang relatif stabil. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 masih terjaga dalam kisaran target, yakni sekitar 2,5% plus minus 1%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan pada September tercatat sebesar 0,21%, sehingga inflasi tahunan mencapai 2,65%.
Angka inflasi yang terkendali ini menunjukkan bahwa tekanan harga di dalam negeri masih dalam batas yang wajar dan tidak mengkhawatirkan.
Stabilitas inflasi menjadi salah satu faktor kunci yang menjaga daya beli masyarakat sekaligus memberikan kepercayaan bagi pelaku pasar terhadap nilai tukar rupiah.
Pergerakan Rupiah Sepanjang Hari
Memasuki perdagangan Senin, rupiah terus menunjukkan performa positif. Pada pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 0,21% ke level Rp16.563 per dolar AS, sementara indeks dolar AS menguat 0,21% ke posisi 98,04.
Sepanjang sesi pagi, mata uang kawasan Asia Pasifik lainnya menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Yen Jepang langsung melemah cukup signifikan sebesar 1,55%, dolar Hong Kong stagnan, dolar Singapura turun 0,19%, dolar Taiwan melemah 0,35%, dan won Korea Selatan turun 0,29%.
Pada pukul 13.25 WIB, rupiah kembali menguat 0,07% atau 11 poin menjadi Rp16.595 per dolar AS. Penguatan yang konsisten ini memberikan sinyal bahwa sentimen positif masih mendominasi pasar domestik, yang memperkuat posisi rupiah di tengah tekanan dari pasar global.
Prospek Rupiah ke Depan
Melihat berbagai faktor yang memengaruhi pasar saat ini, rupiah diperkirakan akan terus bergerak fluktuatif namun dengan tren penguatan yang cukup menjanjikan dalam waktu dekat. Sentimen global berupa prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan menjadi perhatian utama para investor.
Selain itu, data ketenagakerjaan swasta yang lemah memberikan peluang besar bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Dari sisi dalam negeri, kebijakan Bank Indonesia yang berhasil menjaga inflasi dalam kisaran target menjadi landasan kuat untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. Inflasi yang terkendali membuat risiko pelemahan rupiah akibat tekanan harga domestik relatif rendah.
Investor dan pelaku pasar dianjurkan terus memantau perkembangan data ketenagakerjaan dan keputusan kebijakan moneter The Fed, karena keduanya akan sangat menentukan arah pergerakan rupiah ke depan.
Bank Indonesia juga akan terus berperan aktif dalam menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar agar tetap kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada tanggal Senin, 6 Oktober 2025, rupiah menunjukkan penguatan yang positif di tengah berbagai sentimen dari pasar global dan domestik.
Fluktuasi rupiah yang menguat mencerminkan optimisme pasar terhadap kondisi ekonomi Indonesia yang stabil serta harapan investor terhadap kebijakan moneter global yang lebih longgar.
Dengan didukung inflasi domestik yang terkendali dan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed, rupiah diprediksi mampu bertahan dan bahkan menguat dalam beberapa waktu ke depan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Pemerintah Didorong Lanjutkan Proyek PLTU Rancong Aceh
- 06 Oktober 2025
2.
OPEC+ Umumkan Kenaikan Produksi Minyak November 2025
- 06 Oktober 2025
3.
Daftar Lengkap Harga BBM Pertamina Hari Ini Oktober 2025
- 06 Oktober 2025
4.
Harga Batu Bara dan Mineral Naik Signifikan Oktober 2025
- 06 Oktober 2025