Efek Jangka Panjang Keracunan Makanan yang Perlu Diwaspadai
- Senin, 06 Oktober 2025

JAKARTA - Keracunan makanan sering dianggap sebagai gangguan sementara yang bisa hilang dengan muntah atau diare.
Namun, di balik gejala akut yang menonjol seperti mual, muntah, pusing, dan diare, terdapat risiko efek jangka panjang yang kadang luput dari perhatian. Infeksi tertentu akibat makanan dan minuman terkontaminasi—baik oleh bakteri, parasit, virus, maupun bahan kimia—dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan bila tidak ditangani dengan tepat.
“Kalau bisa memang jangan sampai terjadi infeksi keracunan makanan, apalagi berulang, karena ada dampak jangka panjangnya,” kata Prof. Ari Fahrial Syam Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saat ditemui di Jakarta.
Baca Juga
Infeksi Kronis dan Risiko Sindrom Iritasi Usus
Infeksi makanan yang parah tidak hanya menimbulkan gejala sementara, tetapi juga dapat memicu kondisi kronis seperti sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome/IBS).
Bakteri tertentu, termasuk Campylobacter jejuni, Salmonella, Shigella, dan E. coli, dapat mengubah struktur lapisan usus dan saraf di sekitarnya, sehingga meningkatkan sensitivitas usus. Akibatnya, penderita bisa mengalami sakit perut berulang, kembung, serta perubahan kebiasaan buang air besar berupa diare atau sembelit.
“Peradangan kronis juga berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker kolorektal. Jadi prinsipnya, ketika seseorang mengalami peradangan berulang-ulang akan mengubah struktur dari dinding usus dan bisa menyebabkan timbul keganasan di masa depan,” jelas Prof. Ari.
Komplikasi Ginjal Akibat Infeksi Bakteri
Selain masalah pencernaan, beberapa bakteri seperti E. coli diketahui dapat menimbulkan komplikasi serius pada ginjal. Racun yang dihasilkan bakteri ini bisa merusak dinding pembuluh darah kecil, memicu kerusakan sel darah merah (hemolisis), dan pada kasus berat menyebabkan gagal ginjal akut. Meski kasus seperti ini jarang terjadi, risiko nyata terutama muncul ketika infeksi berulang dan tidak diatasi dengan benar.
“Harus kita perhatikan ketika seseorang sering bolak-balik infeksi, karena suatu waktu bisa terjadi perubahan struktur dinding ususnya,” kata Prof. Ari.
Kelompok yang Paling Rentan
Tidak semua orang berisiko sama terhadap efek jangka panjang keracunan makanan. Anak-anak, lansia, wanita hamil, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah merupakan kelompok yang paling rentan mengalami komplikasi serius. Pada anak-anak, keracunan berulang bisa memengaruhi pertumbuhan dan penyerapan nutrisi. Sementara pada lansia, infeksi berulang meningkatkan risiko dehidrasi dan komplikasi organ.
Pencegahan: Kunci Utama Mengurangi Risiko
Dengan melihat potensi dampak jangka panjang ini, pencegahan menjadi langkah krusial. Prof. Ari menekankan pentingnya pengolahan makanan yang higienis, mulai dari pemilihan bahan, pencucian, hingga teknik memasak yang benar. Kebersihan tangan, peralatan, dan lingkungan dapur juga sangat menentukan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Selain itu, masyarakat disarankan untuk lebih selektif dalam memilih makanan, terutama yang disajikan di luar rumah. Menghindari konsumsi makanan mentah atau setengah matang yang rawan kontaminasi, serta memperhatikan tanggal kedaluwarsa produk kemasan, dapat meminimalkan risiko infeksi.
Kenali Gejala Dini dan Tindak Lanjut
Gejala akut keracunan makanan seperti muntah, diare, dan demam sebaiknya tidak diabaikan. Jika berlangsung lama atau terjadi berulang, segera konsultasikan ke tenaga medis. Pemeriksaan lebih lanjut dapat membantu mendeteksi adanya perubahan pada usus atau fungsi ginjal yang belum terlihat jelas. Penanganan dini membantu mencegah komplikasi serius dan efek jangka panjang yang lebih berat.
Ringkasan Risiko Jangka Panjang
Sindrom Iritasi Usus (IBS): Infeksi bakteri parah dapat menyebabkan perubahan saraf dan lapisan usus, menimbulkan sakit perut kronis, diare, atau sembelit.
Kanker Kolorektal: Peradangan usus berulang bisa meningkatkan risiko keganasan di dinding usus.
Gagal Ginjal: Racun dari E. coli dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, memicu hemolisis dan gagal ginjal akut.
Keracunan makanan bukan sekadar gangguan sementara. Efek jangka panjangnya dapat memengaruhi usus, organ vital, hingga meningkatkan risiko kanker. Anak-anak, lansia, wanita hamil, dan orang dengan daya tahan tubuh rendah harus lebih berhati-hati. Pencegahan melalui pengolahan makanan higienis, selektif dalam memilih makanan, dan perhatian terhadap gejala awal merupakan langkah efektif untuk menjaga kesehatan.
Memahami risiko ini membantu masyarakat lebih sadar akan pentingnya kualitas makanan yang dikonsumsi dan perlunya tindakan cepat jika mengalami gejala keracunan. Dengan begitu, efek jangka panjang yang merugikan bisa dihindari dan kesehatan tetap terjaga.

Mazroh Atul Jannah
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
One Global Capital Dorong Investor RI Maksimalkan Properti Asia Pasifik
- Senin, 06 Oktober 2025
4 Cara Mudah dan Hemat Menjelajahi Kyoto Jepang Pakai Transportasi Umum
- Senin, 06 Oktober 2025
Berita Lainnya
One Global Capital Dorong Investor RI Maksimalkan Properti Asia Pasifik
- Senin, 06 Oktober 2025
4 Cara Mudah dan Hemat Menjelajahi Kyoto Jepang Pakai Transportasi Umum
- Senin, 06 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Waspada Kebocoran 16 Miliar Data: Jangan Pakai 10 Password Ini
- 06 Oktober 2025
2.
Benarkah Talenan Plastik Aman? Ini Penjelasan Ahli
- 06 Oktober 2025
3.
Mengungkap Silent Reader, Saat Warganet Lebih Pilih Diam
- 06 Oktober 2025
4.
9 Resep Sambal Goreng Ati Lezat, Praktis untuk Keluarga
- 06 Oktober 2025
5.
6 Resep Bumbu Sayur Bobor Jawa Praktis dan Lezat
- 06 Oktober 2025