Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025: Sejarah, Tema, dan Maknanya
- Selasa, 23 September 2025

JAKARTA - Kesetaraan hak asasi manusia tidak bisa dipisahkan dari bahasa.
Bagi komunitas tuli di seluruh dunia, bahasa isyarat adalah sarana utama untuk berkomunikasi, mengakses pendidikan, hingga memperjuangkan hak-hak dasar. Karena itulah setiap tanggal 23 September diperingati sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional (International Day of Sign Languages).
Momentum ini hadir sebagai pengingat bahwa keberadaan bahasa isyarat adalah bagian penting dari pengakuan hak asasi manusia. PBB menegaskan bahwa peringatan ini juga menjadi simbol solidaritas global terhadap komunitas tuli, yang salah satunya diwujudkan dengan mengajak berbagai tempat umum hingga gedung resmi di seluruh dunia untuk disorot dengan lampu berwarna biru.
Baca Juga
Tahun 2025, Hari Bahasa Isyarat Internasional kembali diangkat sebagai ajakan bersama untuk memperkuat dukungan terhadap hak linguistik dan budaya komunitas tuli.
Latar Belakang Hari Bahasa Isyarat Internasional
Penetapan tanggal 23 September sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional dilakukan oleh Majelis Umum PBB. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya bahasa isyarat sebagai prasyarat penuh bagi terwujudnya hak asasi manusia penyandang tuli.
Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari berdirinya Federasi Tuli Sedunia (World Federation of the Deaf/WFD) pada tahun 1951. WFD menjadi organisasi advokasi global yang salah satu misinya adalah melestarikan bahasa isyarat dan budaya tuli agar tetap eksis serta diakui secara resmi di berbagai negara.
Usulan peringatan ini datang dari WFD, yang saat ini menaungi 135 asosiasi nasional tuna rungu dan mewakili lebih dari 70 juta penyandang tuli di seluruh dunia. Mayoritas dari mereka, sekitar 80 persen, tinggal di negara-negara berkembang.
Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional pertama kali digelar pada tahun 2018, bersamaan dengan Pekan Internasional Tunarungu. Pekan ini sebenarnya sudah dimulai sejak September 1958, dan berkembang menjadi sebuah gerakan global yang menekankan solidaritas, persatuan, dan advokasi bersama bagi komunitas tuli dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.
Tema Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025
Untuk tahun 2025, tema yang diangkat adalah:
“No Human Rights Without Sign Language Rights” atau “Tidak Ada Hak Asasi Manusia Tanpa Hak Bahasa Isyarat.”
Tema ini menegaskan bahwa hak berbahasa isyarat adalah bagian fundamental dari hak asasi manusia. Tanpa pengakuan terhadap hak berbahasa isyarat, penyandang tuli tidak bisa menikmati hak mereka secara penuh sebagaimana didefinisikan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Melalui peringatan ini, PBB bersama komunitas internasional ingin menekankan pentingnya melindungi identitas linguistik serta keragaman budaya para penyandang tuli. Ini menjadi kesempatan bagi semua pihak untuk tidak hanya mengakui, tetapi juga memperjuangkan kesetaraan dan akses yang sama bagi pengguna bahasa isyarat di seluruh dunia.
Bahasa Isyarat sebagai Bahasa Utuh
Salah satu poin penting yang ditegaskan dalam peringatan ini adalah bahwa bahasa isyarat bukan sekadar alat bantu komunikasi, melainkan bahasa alami yang utuh dengan struktur tersendiri, berbeda dari bahasa lisan.
Menurut data Federasi Tuli Dunia, saat ini terdapat lebih dari 300 bahasa isyarat berbeda yang digunakan di seluruh dunia. Selain itu, ada pula bahasa isyarat internasional yang sering digunakan dalam forum internasional atau ketika komunitas tuli dari berbagai negara bertemu.
Keberadaan bahasa isyarat internasional ini menjadi bukti bahwa bahasa isyarat mampu melintasi batas negara dan budaya, sama halnya dengan bahasa global lain. Namun demikian, bahasa isyarat nasional tetap penting dipertahankan sebagai bagian dari identitas kultural tiap bangsa.
Dukungan Hukum dan Konvensi Internasional
Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional juga menegaskan pentingnya implementasi dari Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas (Convention on the Rights of Persons with Disabilities/CRPD).
Konvensi ini secara jelas mengakui bahasa isyarat sebagai setara dengan bahasa lisan. Negara-negara yang menandatangani konvensi tersebut berkewajiban untuk:
Mempromosikan dan memfasilitasi pembelajaran bahasa isyarat.
Mendorong penggunaan bahasa isyarat di ruang publik maupun layanan publik.
Mengakui identitas linguistik komunitas tuli.
Langkah-langkah tersebut merupakan bentuk nyata dukungan agar komunitas tuli tidak tertinggal dan bisa menikmati hak-hak dasar yang sama dengan masyarakat umum.
Makna Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional
Lebih dari sekadar peringatan, Hari Bahasa Isyarat Internasional membawa sejumlah pesan penting:
Solidaritas global. Melalui sorotan lampu biru di berbagai tempat, dunia menunjukkan dukungan kolektif terhadap komunitas tuli.
Peningkatan kesadaran. Masyarakat luas diajak memahami bahwa bahasa isyarat adalah bahasa resmi yang layak dipelajari dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Perjuangan kesetaraan. Peringatan ini menekankan bahwa kesetaraan hak asasi manusia tidak mungkin tercapai tanpa menghormati hak berbahasa isyarat.
Pelestarian budaya. Bahasa isyarat adalah bagian dari identitas kultural komunitas tuli, sehingga pelestariannya sama pentingnya dengan pelestarian bahasa lisan.
Hari Bahasa Isyarat Internasional yang jatuh pada 23 September setiap tahun merupakan momen penting untuk mengingatkan dunia tentang hak-hak komunitas tuli. Dengan tema tahun 2025, “Tidak Ada Hak Asasi Manusia Tanpa Hak Bahasa Isyarat,” peringatan ini kembali menegaskan bahwa bahasa isyarat adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan kesetaraan hak asasi manusia.
Sejarah panjang peringatan ini, mulai dari berdirinya WFD pada 1951, lahirnya Pekan Tunarungu sejak 1958, hingga penetapan resmi oleh PBB, menunjukkan betapa bahasa isyarat memiliki peran vital. Lebih dari 70 juta penyandang tuli di seluruh dunia membutuhkan pengakuan dan dukungan agar dapat hidup setara dengan masyarakat umum.
Peringatan ini adalah ajakan bersama: melindungi, mengakui, dan mempromosikan bahasa isyarat sebagai bahasa yang utuh, sah, serta memiliki martabat setara dengan bahasa lisan. Dengan begitu, dunia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih inklusif, adil, dan menghargai keberagaman.

Mazroh Atul Jannah
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Hasil Pertandingan Napoli vs Pisa, Start Serie A Napoli Sempurna
- Selasa, 23 September 2025
Terpopuler
1.
Harga CPO Bangkit Setelah Dua Hari Turun Tipis
- 23 September 2025
2.
Hilirisasi Perkebunan Diproyeksi Hasilkan Rp138 Triliun 2027
- 23 September 2025
3.
PGN Kembangkan MS CNG Medan Perluas Layanan Gas
- 23 September 2025
4.
Produksi Batu Bara RI 2025 Baru Capai 68 Persen
- 23 September 2025
5.
Penyaluran Rumah Subsidi FLPP Capai 178 Ribu Unit
- 23 September 2025