JAKARTA - Permintaan lahan industri di Indonesia diperkirakan masih akan didominasi oleh investor dari China dan negara-negara Asia Timur pada tahun 2026.
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) memproyeksikan tren ini akan berlanjut seiring dengan pertumbuhan sektor manufaktur, logistik, dan hilirisasi industri di Tanah Air.
Fokus Investor Tetap pada Sektor Strategis
Sekretaris Perusahaan KIJA, Muljadi Suganda, menjelaskan bahwa permintaan lahan industri tahun depan diperkirakan berasal dari sektor-sektor yang selama ini menjadi pendorong utama. Mulai dari manufaktur ringan hingga menengah, termasuk komponen otomotif dan elektronik, hingga sektor logistik dan pergudangan yang terus berkembang.
“Dari sisi asal negara, permintaan tahun depan diperkirakan masih didominasi investor Asia Timur, yakni China, Korea, dan Jepang, serta Asia Tenggara. Perusahaan lokal juga mulai meningkatkan kapasitas,” ujarnya.
Selain itu, Muljadi menyebut bahwa sektor data center dan hilirisasi industri, seperti metal processing dan turunannya, mulai menarik minat investor secara bertahap. Tren ini menandai diversifikasi permintaan lahan industri yang lebih luas, selain manufaktur tradisional.
Prospek Positif Didukung Stabilitas Ekonomi
Secara umum, prospek lahan industri pada 2026 tetap positif. Indonesia masih menjadi tujuan utama investor manufaktur di Asia Tenggara, didukung oleh stabilitas ekonomi nasional dan arus investasi yang berkelanjutan dari sektor-sektor strategis.
“Minat terhadap kawasan industri terintegrasi dengan infrastruktur logistik yang kuat, seperti yang kami miliki, diperkirakan tetap tinggi,” kata Muljadi. Infrastruktur yang memadai menjadi salah satu daya tarik utama investor, karena mendukung efisiensi rantai pasok dan distribusi barang.
Beberapa katalis positif yang diperkirakan akan menjaga permintaan lahan industri antara lain:
Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan industri
Insentif hilirisasi untuk sektor manufaktur
Kemudahan berusaha dan perizinan yang lebih efisien
Relokasi dan diversifikasi rantai pasok global, khususnya dari China ke Asia Tenggara
Peningkatan kebutuhan fasilitas logistik dan distribusi seiring pertumbuhan perdagangan digital dan perbaikan infrastruktur konektivitas
Tantangan yang Masih Perlu Diantisipasi
Meski prospeknya positif, KIJA mencatat sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi pada tahun 2026. Faktor global seperti ketidakpastian ekonomi internasional, fluktuasi nilai tukar, dan suku bunga dapat memengaruhi keputusan investasi.
Persaingan antar zona industri di Asia Tenggara juga semakin ketat, sehingga investor menuntut kawasan industri yang lebih siap dari segi infrastruktur, layanan, dan tenaga kerja. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja terampil masih menjadi isu penting bagi pengembangan sektor manufaktur dan hilirisasi industri.
Kinerja KIJA Hingga Kuartal III/2025
Hingga kuartal III/2025, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. mencatat marketing sales sebesar Rp2,92 triliun, naik 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,4 triliun. Kenaikan ini menunjukkan bahwa minat investor dan permintaan lahan industri tetap kuat, baik di Cikarang maupun Kendal.
Data ini menjadi indikator bahwa meski ada tantangan global, investor tetap percaya pada potensi pertumbuhan industri di Indonesia. KIJA sendiri menyiapkan berbagai strategi untuk menarik investor, mulai dari pengembangan kawasan industri yang modern hingga peningkatan fasilitas logistik.
Diversifikasi Lahan Industri dan Permintaan Global
Seiring permintaan yang terus meningkat, kawasan industri seperti Jababeka juga menyiapkan lahan untuk sektor-sektor baru. Investor tidak hanya mencari lahan untuk manufaktur tradisional, tetapi juga untuk sektor logistik, data center, dan hilirisasi industri.
Hal ini menunjukkan perubahan tren global, di mana investasi tidak hanya terpusat pada produksi barang fisik, tetapi juga pada infrastruktur digital dan distribusi. Dengan demikian, kawasan industri yang memiliki integrasi logistik dan teknologi akan lebih diminati investor.
Strategi KIJA Menyongsong 2026
Muljadi menegaskan bahwa KIJA siap memperkuat layanan dan infrastruktur untuk mendukung permintaan yang terus meningkat. Hal ini mencakup pengembangan kawasan industri modern, peningkatan kualitas fasilitas logistik, dan kemudahan perizinan untuk menarik investor asing maupun lokal.
“Kami melihat peluang pertumbuhan industri tetap besar, terutama dari investor Asia Timur. Dengan strategi yang tepat, permintaan lahan industri dapat terus terjaga,” ujarnya.
Dengan kombinasi faktor internal dan eksternal, permintaan lahan industri di Indonesia pada 2026 diprediksi tetap kuat. Investor China, Korea, Jepang, serta negara-negara Asia Tenggara diperkirakan masih menjadi pemegang peranan utama, sementara perusahaan lokal meningkatkan kapasitas produksinya.
Dukungan pemerintah, peningkatan infrastruktur, dan diversifikasi sektor industri menjadi katalis penting bagi pertumbuhan kawasan industri di masa mendatang. Sementara itu, tantangan global tetap harus diantisipasi agar investor tetap yakin menanamkan modal di Indonesia.