Chandra Asri Pacific Catat Laba Tertinggi Semester Pertama 2025

Chandra Asri Pacific Catat Laba Tertinggi Semester Pertama 2025
Chandra Asri Pacific Catat Laba Tertinggi Semester Pertama 2025

JAKARTA - Paruh pertama tahun 2025 menjadi titik balik penting bagi PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), emiten yang terafiliasi dengan pengusaha nasional Prajogo Pangestu. 

Perusahaan berhasil membukukan lonjakan pendapatan secara signifikan yang berdampak langsung pada pencapaian laba bersih, setelah menjalankan strategi ekspansi dan akuisisi secara cermat.

Dalam laporan keuangan yang diterbitkan per akhir Juni 2025, TPIA mencatatkan pendapatan sebesar US$2,91 miliar. 

Baca Juga

PNM Peduli Dorong Semangat Belajar Anak di TBM Ciputat

Pencapaian tersebut meningkat lebih dari tiga kali lipat atau setara dengan pertumbuhan 236,23% dibandingkan semester I tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan pendapatan sebesar US$866,49 juta.

Pertumbuhan ini merupakan sinyal positif dari keberhasilan integrasi lini bisnis baru yang mulai beroperasi pada awal tahun. Salah satu sumber pertumbuhan utama datang dari segmen kilang minyak, yang menyumbang pendapatan sebesar US$1,16 miliar.

Segmen Baru Perkuat Struktur Pendapatan

Masuknya segmen kilang minyak telah memberikan dampak besar terhadap pendapatan TPIA. Segmen ini menjadi tambahan penting dalam portofolio perusahaan dan langsung mencatat kontribusi signifikan pada semester pertama 2025.

Sementara itu, segmen kimia masih menjadi tulang punggung utama pendapatan TPIA, dengan kontribusi sebesar US$2,16 miliar. Di sisi lain, segmen infrastruktur juga tetap menyumbang pendapatan sebesar US$103,24 juta.

Total seluruh pendapatan ini kemudian dikurangi oleh nilai eliminasi antarsegmen sebesar US$521,09 juta. Meskipun terjadi pengurangan, total pendapatan bersih tetap menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa secara tahunan.

Kenaikan Beban Tak Halangi Laba Bersih

Di balik pertumbuhan pendapatan yang tinggi, beban pokok penjualan perusahaan juga meningkat tajam. Beban pokok tercatat naik sebesar 248,45% year-on-year menjadi US$2,97 miliar. Sebagian besar kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya biaya pokok produksi, yang mencapai US$2,87 miliar.

Lonjakan biaya produksi membuat TPIA mencatatkan rugi kotor sebesar US$61,12 juta pada semester I/2025. Hal ini menjadi perubahan drastis dibandingkan dengan semester I/2024, saat perusahaan masih mampu membukukan laba kotor sebesar US$12,84 juta.

Namun, kerugian pada laba kotor tidak menjadi penghalang bagi TPIA untuk tetap mencatatkan kinerja positif secara keseluruhan.

Strategi Akuisisi Berbuah Laba Bersih Fantastis

Kunci dari keberhasilan kinerja semester ini terletak pada manuver strategis yang dilakukan TPIA melalui aksi korporasi akuisisi. 

Pada 1 April 2025, perusahaan melalui anak usaha CAPGC Pte. Ltd. berhasil menyelesaikan akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. dari Shell dengan nilai transaksi sebesar US$253,74 juta.

Dari total transaksi tersebut, TPIA melalui Chandra Asri Capital Pte. Ltd. yang memiliki 80% saham CAPGC, menyetor dana sebesar US$202,99 juta. Sisanya, Glencore Asian Holdings Pte. Ltd. selaku pemegang 20% saham, menyumbang US$50,74 juta.

Setelah transaksi rampung, saham Shell Singapore Energy Park Pte. Ltd. beralih kepemilikan sepenuhnya kepada CAPGC dan kemudian diubah namanya menjadi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. (ACE).

Dari akuisisi tersebut, TPIA mencatatkan keuntungan dari pembelian dengan harga diskon atau bargain purchase accounting sebesar US$1,77 miliar. Pos ini menjadi penopang utama kinerja keuangan semester ini, yang membuat TPIA mampu membukukan laba sebelum pajak sebesar US$1,57 miliar dan laba bersih sebesar US$1,26 miliar.

“Kontributor utama pencapaian ini adalah pencatatan keuntungan dari pembelian dengan harga rendah (bargain purchase accounting) atau negative goodwill yang berasal dari akuisisi tersebut,” ungkap Andre Khor, Chief Financial Officer dan Direktur TPIA.

Laba bersih tersebut menunjukkan pembalikan tajam dari posisi semester I/2024, di mana TPIA masih mencatatkan kerugian bersih sebesar US$47,06 juta.

Proyeksi Pertumbuhan Lebih Besar di Tahun Mendatang

Menurut proyeksi manajemen yang telah disampaikan pada akhir 2024, akuisisi kilang dari Shell ini diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pendapatan TPIA hingga lima kali lipat dalam periode 2025–2026. 

Prediksi ini bukan tanpa alasan, mengingat peningkatan signifikan dalam kapasitas produksi yang terjadi setelah akuisisi tersebut.

Kapasitas output kilang minyak dan petrokimia TPIA diproyeksikan naik dari 4,23 juta ton pada 2024 menjadi 8,5 juta ton pada tahun 2025. Kenaikan ini bersumber dari produksi kilang minyak yang menghasilkan sejumlah produk baru dalam volume besar, di antaranya:

Bitumen: 1.430 kiloton (KT)

Gasoil: 2.969 KT

Gasoline: 1.639 KT

Bahan bakar lainnya: 1.727 KT

Produk tambahan lainnya: 735 KT

Kenaikan kapasitas ini akan semakin memperkuat posisi TPIA sebagai pemain utama dalam industri petrokimia dan energi di kawasan regional.

Struktur Keuangan Makin Kokoh

Selain meningkatkan pendapatan dan kapasitas produksi, aksi akuisisi ini juga memberikan dampak positif terhadap struktur neraca keuangan TPIA. 

Keuntungan dari pembelian aset dengan harga diskon telah mempertebal ekuitas perusahaan secara langsung, tanpa perlu penambahan utang besar.

“Hal tersebut mencerminkan nilai tambah yang luar biasa dari aksi korporasi kami baru-baru ini, yang tidak hanya mendorong kinerja kami namun juga memperkuat struktur neraca keuangan,” kata Andre.

Dengan fondasi keuangan yang lebih kuat, perusahaan memiliki ruang gerak yang lebih luas untuk memperluas bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional.

Menuju Semester Kedua 2025

Dengan hasil luar biasa pada semester pertama, TPIA memasuki paruh kedua tahun ini dengan optimisme tinggi. Fokus perusahaan ke depan adalah mengoptimalkan sinergi dari aset yang baru diakuisisi, serta menjaga efisiensi di tengah potensi tekanan biaya produksi.

Peningkatan pendapatan, lonjakan laba, dan struktur keuangan yang semakin sehat membuat TPIA berada dalam posisi yang sangat baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan industri energi dan petrokimia.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Susu Full Cream vs Low Fat: Mana Lebih Sehat?

Susu Full Cream vs Low Fat: Mana Lebih Sehat?

Cesium-137 di Cikande: Apa Itu dan Dampaknya pada Manusia

Cesium-137 di Cikande: Apa Itu dan Dampaknya pada Manusia

Rekomendasi 14 Tempat Makan Halal Enak Terbaru di Nusa Dua

Rekomendasi 14 Tempat Makan Halal Enak Terbaru di Nusa Dua

Rekomendasi 17 Tempat Makan Enak Foodcourt PIK Avenue Kekinian

Rekomendasi 17 Tempat Makan Enak Foodcourt PIK Avenue Kekinian

6 Resep Ayam Saus Tiram Lezat, Praktis, Gurih dan Meresap

6 Resep Ayam Saus Tiram Lezat, Praktis, Gurih dan Meresap