Cesium-137 di Cikande: Apa Itu dan Dampaknya pada Manusia

Kamis, 02 Oktober 2025 | 12:50:07 WIB
Cesium-137 di Cikande: Apa Itu dan Dampaknya pada Manusia

JAKARTA - Kawasan industri Cikande, Serang, Banten, mendadak menjadi sorotan setelah penemuan jejak radioaktif Cesium-137 (Cs-137) terkait penolakan kontainer udang beku asal Indonesia oleh Amerika Serikat pada Agustus 2025.

Penolakan terjadi di beberapa pelabuhan besar seperti Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami, setelah Food and Drug Administration (FDA) bersama Bea Cukai AS menemukan jejak radiasi pada produk tersebut. Investigasi berlanjut ke dalam negeri dan mengarah ke Kawasan Industri Modern Cikande, tempat penampungan logam bekas yang positif mengandung Cs-137.

Apa Itu Cesium-137?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), Cs-137 merupakan hasil dari proses fisi nuklir, juga muncul sebagai produk sampingan dari uji coba senjata nuklir maupun kecelakaan reaktor nuklir, seperti bencana Chernobyl pada 1986. 

Cesium-137 memiliki waktu paruh 30,17 tahun dan memancarkan radiasi beta serta gamma. Dalam kondisi murni, Cs-137 berbentuk cair pada suhu ruang, namun umumnya berikatan dengan klorida sehingga menjadi serbuk kristal putih, bahkan dapat memancarkan cahaya dalam kondisi tertentu.

Asal-usul dan Pemanfaatan Cs-137

Zat ini memiliki beragam penggunaan di dunia medis dan industri. Dalam jumlah kecil, Cs-137 dipakai untuk mengkalibrasi peralatan deteksi radiasi, seperti Geiger-Mueller counter. 

Dalam jumlah besar, Cs-137 digunakan pada terapi radiasi kanker, proses sterilisasi medis, hingga perangkat industri untuk mengukur aliran cairan dalam pipa atau ketebalan material seperti kertas, film, dan logam. Cesium-137 dihasilkan dari fisi nuklir di reaktor atau uji coba senjata nuklir, dan sisa paparan masih bisa ditemukan di lingkungan akibat uji coba nuklir pada era 1950-an hingga 1960-an.

Risiko Paparan bagi Manusia

CDC mencatat bahwa paparan harian Cs-137 dalam jumlah kecil di lingkungan tidak menimbulkan bahaya langsung. Risiko besar muncul jika zat ini tersebar dari wadah, misalnya akibat kebocoran atau kecelakaan. Efek kesehatan dari radiasi sangat dipengaruhi oleh intensitas, durasi paparan, serta jenis sel tubuh yang terdampak.

Paparan langsung dari sumber dengan tingkat radiasi tinggi bisa memicu penyakit radiasi akut, ditandai mual, kelelahan, muntah, kerontokan rambut, hingga kematian bila dosis mencapai sekitar 1 sievert. 

Paparan internal melalui pernapasan atau makanan akan membuat Cs-137 tersebar ke jaringan lunak tubuh, terutama otot, sehingga meningkatkan risiko kanker akibat paparan partikel beta dan radiasi gamma berkekuatan tinggi.

Sementara itu, sumber Cs-137 yang digunakan untuk keperluan kalibrasi tergolong rendah dan tidak berbahaya. Namun, jika zat ini masuk ke dalam tubuh, ia akan tersimpan di jaringan otot dan tetap meningkatkan potensi risiko kanker.

Pendapat Ahli

Dr. Hariadi Wibisono, Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), menekankan bahwa teknologi pengemasan dan pengawetan modern memang tidak bisa sepenuhnya menghilangkan paparan bahan berbahaya, tetapi hal ini tidak menjadi masalah jika dikonsumsi dalam batas aman.

“Menurut saya, teknologi sekarang telah memberikan paparan radiasi dalam dosis yang aman. Saya tidak bisa menyebutkan dosis pasti, tapi konsumsi jangka panjang, misalnya udang itu dalam jumlah banyak, hampir tidak mungkin terjadi,” jelasnya.

Dr. Roni Nugraha, dosen Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, menambahkan bahwa kontaminasi Cs-137 bukan berasal dari proses produksi atau pengolahan udang. “Ini sebenarnya bukan pencemaran dari industri perikanan. 

Berdasarkan penelusuran Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), cesium terbawa udara dari aktivitas peleburan logam di sekitar lokasi. Jadi sifatnya eksternal, bukan dari sistem pengolahan udang,” jelasnya.

Roni juga menegaskan, kadar cesium yang ditemukan masih jauh di bawah ambang batas aman yang ditetapkan FDA. “Kadar yang ditemukan sekitar 68 Bq/kg, sedangkan batas aman konsumsi ada di kisaran 1.200 Bq/kg. Artinya, secara teknis masih jauh dari level berbahaya. Namun karena prinsip kehati-hatian, FDA tetap meminta produk itu ditarik dari pasar,” tambahnya melalui keterangan resmi IPB University.

Temuan Cs-137 di Cikande menimbulkan kekhawatiran, tetapi berdasarkan penelusuran ahli, potensi risiko bagi konsumen sangat rendah karena kadar zat radioaktif masih jauh di bawah batas aman. Kontaminasi bersifat eksternal, bukan dari industri pengolahan udang. Dengan pengawasan dan tindakan preventif, risiko kesehatan dapat diminimalkan, sambil tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dari otoritas internasional.

Terkini